BAB 3 Kuteguhkan Imanku dengan Ibadah

Share:
KOMPETENSI INTI
  1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
  2. Menghargai, dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri,dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
  3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
  4. Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

Berbicara masalah keimanan tidak bisa terlepas dari ibadah. Mengapa? Karena ibadah adalah aktualisasi dari keimanan. Dan keimanan dapat menjadi sempurna dengan pelaksanaan ibadah, karena ibadah adalah buah keimanan. Banyak orang berpikir bahwa beribadah itu adalah melaksanakan solat, puasa, menunaikan zakat dan melaksanakan ibadah haji.Padahal tidak hanya demikian. Saat seseorang melaksanakan aktivitas dan Allah ridha terhadapnya, maka itu juga dapat disebut ibadah. Sehingga ibadah tidak hanya meliputi perbuatan yang syarat dan rukunnya sudah ditentukan syar’i,yang kita dapat menyebutnya sebagai ibadah mahdhah, melainkan ada pula perbuatan yang syarat dan rukunnya tidak ditentukan syar’i yang kita dapat menyebutnya ibadah ghairu mahdhah. Adapun keimanan adalah hal paling utama dalam kehidupan manusia, mengapa? Karena pelaksanaan ibadah yang luar biasa tidak akan ada nilainya tanpa didasari keimanan.

1. Mutiara iman dalam diri manusia

Iman dalam kehidupan manusia diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Sehingga tanpa iman, maka kehidupan manusia akan menjadi gelap. Tanpa iman maka jalan hidup seseorang bagaikan tanpa arah tujuan, karena tidak ada orientasi tertentu dalam perjalanannya. Iman tidak hanya sekedar keyakinan dalam hati, namun juga diikrarkan di lisan, dan dilaksanakan dengan anggota badan:
“Iman itu diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan dilakukan dengan anggota badan (perbuatan)”

Hadis tersebut menjelaskan 3 hal yang menjadi unsur penting sebuah keimanan. Yaitu 1) hati yang meyakini, 2) lisan yang mengikrarkan dan 3) anggota badan yang selalu menerapkan dalam perbuatannya.

Kecintaan kita kepada Allah, tentulah diawali dari keyakinan kita akan keberadaan-Nya kemudian lisan kita dengan penuh kesadaran mengikrarkannya selanjutnya tentulah tanpa paksaan sedikitpun kita dapat mengaplikasikan dalam kehidupan kita. Itulah kecintaan yang sempurna kepada Allah. Itulah keimanan yang haqiqi kepada Allah. Sehingga ia meletakkan keimanan kepada-Nya pada tempat tertinggi dibanding kecintaannya kepada apapun. Begitu pula dengan rukun keimanan lainnya, karan tentulah tidak sempurna keimanan kita, jika hanya mengimani Allah tanpa Malaikatnya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasulNya, hari akhir dan taqdir baik buruk yang kita terima, sebagaimana hadis riwayat Muslim
Artinya:
(Jibril) berkata: beritahukanlah padaku tentang iman! Jawab Nabi saw.: Hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitabNya, kepada RasulrasulNya, kepada hari kiamat, dan beriman kepada Qadar yang baik serta yang buruk. HR.Muslim

Dalam konteks sosial, dimana manusia diciptakan Allah sebagai khalifah di bumi, maka keimanan seseorang menjadi hal yang mutlak dimiliki. Bagi kita umat Islam, tidak ada lagi istilah “ini aku dengan segala keimananku” namun yang harus disebarkan dan ditebarkan adalah inilah keimananku dengan kasih sayangku. Maka sebagai pelajar hendaknya kita tidak tenggelam dalam rutinitas religi kita dengan mengesampingkan kawan-kawan di sekitar kita. Mengapa demikian, karena Rasulullah Saw. sebagai tuntunan kita pun mengajarkan bahwa kebaikan untuk orang lain juga termasuk kesempurnaan iman, sebagaimana disabdakan dalam hadits yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim dan Abu Hamzah, Anas bin Malik.
Artinya:
Rasulullah Saw. bersabda: “tidaklah sempurna iman salah seorang dari kau sehingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Namun sangat perlu kita ketahui, bahwasannya iman memiliki banyak cabang yang dapat kita amalkan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan
Iman terdiri dari 71 cabang yang paling utama ucapan Laa ilaaha Illallah, yang paling rendah menyingkirkan gangguan dari jalan adapun malu adalah sebagian dari iman.

2. Ciri ibadah yang diterima Allah

Berapa banyak orang yang melaksanakan perbuatan baik namun menjadi sia-sia di mata Allah, perbuatan yang dilakukannya hanya berhenti sampai di dunia saja tidak dapat memberinya manfaat bagi dirinya sampai kehidupan akhirat. Mengapa demikian? Karena ada hal-hal yang belum terpenuuhi, diantaranya:

a. Didasari keikhlasan karena Allah semata

Rasulullah Saw mengingatkan dalam hadisnya
“wahai manusia, ikhlaskan seluruh amalmu karena Allah, sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal kecuali didasari keikhlasan karena-Nya.”

b. Sesuai tuntunan Rasulullah SAW

Selain keikhlasan, ada hal penting lain yang harus dipahami bagi setiap muslim dalam melaksanakan ibadah sebagai aktualisasi keimanan. Yaitu, melaksanakan seluruh amal perbuatan dengan tidak asal-asalan dalam menjalankan dan sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Dari Ummul Mu’minin; Ummu Abdillah; Aisyah radhiallahuanha dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak. (Riwayat Bukhri dan Muslim), dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan (ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak.

Dalam hal perbutan yang tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah, tentu kita sering mendengar istilah bid’ah. Bid’ah adalah sesuatu yang baru atau sesuatu yang tidak sama dengan contohnya. Namun dalam Islam, tidak semua bid’ah dilarang. Bid’ah Hasanah adalah hal yang belum pernah ada pada zaman Rasulullah,

Kesimpulan

Ternyata, mempelajari ajaran Islam adalah bentuk perwujudan dari iman kita. Betapa tidak Dengan mempelajari ajaran Islam kita mengetahui hal-hal yang dibenarkan dan dilarang dalam Islam, sehingga kita tidak tenggelam dalam kesalahan terus menerus.

Tentu kita tidak pernah berhenti beraktivitas dalam keseharian kita. Mulai bangun tidur sampai kita terbangun kembali di pagi hari pastilah banyak yang sudah kita lakukan. Saatnya kita mengevaluasi apa yang sudah kita perbuat dari rutinitas kita tersebut, dan mencoba untuk senantiasa meningkatkan kualitas amal perbuatan kita. Untuk itu tulislah hal-hal yang sudah menjadi rutinitas kalian yang menurut kalian itu salah, kemudian tulis pula apa yang harus kalian lakukan untuk membenahinya agar apa yang kita lakukan tidak sia-sia belaka, tentunya setelah kalian memahami ciri-ciri ibadah yang bagaimana yang diterima oleh Allah Swt. Gunakan tabel di bawah ini untuk mempermudah muhasabah kita.

2 komentar:

  1. Alhamdulillah terima kasih ya... Semonga ilmu yang bapak kasih bermanfaat selalu

    BalasHapus