BAB 2 KUSANDARKAN AKTIVITASKU HANYA KEPADA ALLAH

Share:
KOMPETENSI INTI
  1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
  2. Menghargai, dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaanya.
  3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata
  4. Mengolah, menyaji dan menallar dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori
KOMPETENSI DASAR:
  • 1.3 Menghayati keesaan Allah sesuai isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an-Nas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlas (112)
  • 2.2 Terbiasa beribadah dan berdo’a sebagai penerapan isi kandungan Q.S. al-Faatihah (1), an-Nas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) dalam kehidupan seharihari
  • 3.2 Memahami isi kandungan Q.S. al-Fatihah (1), an-Nas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlaas (112) tentang keesaan Allah
  • 4.1 Membaca Q.S. al-Fatihah (1), an-Nas (114), al-Falaq (113) dan al-Ikhlas (112) secara fasih dan tartil.

Kebesaran Allah terlihat di alam semesta

Tauhid adalah hal terpenting bagi kehidupan seorang manusia. Bagaimana tidak, karena hanya amal yang dilandasi dengan tauhidillah saja yang akan membawa pelakunya pada kebahagiaan hakiki, di dunia dan diakhirat kelak. Kekuatan akidah kita juga banyak ditentukan sejauh mana pemahaman dan pengamalan kita akan tauhid tersebut. Dalam al-Qur’an Allah berfirman : 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: “Barang siapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki laki maupun perempuan, sedang ia dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik lagi dari apa yang telah mereka kerjakan.” ( QS. An-Nahl:97)

Berdasarkan pada pentingnya peranan tauhid dalam kehidupan manusia, maka wajib bagi setiap muslim mempelajarinya.Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang kebenaran wujud (keberadaan) -Nya, dan wahdaniyah (keesaan) -Nya, dan bukan pula sekedar mengenal Asma dan Sifat-Nya. Apakah Sebenarnya tauhid itu?

Allahku…Esa

Tauhid berasal dari bahasa Arab (wahid) yang artinya mengesakan. Menurut istilah Tauhid adalah meyakini bahwa Allah itu hanya satu, tidak ada yang menyamai, tidak setara dengan apapun, tidak mungkin ada yang menandingi-Nya. Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen dengan mentaati segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya. Lawan tauhid adalah syirik. Syirik merupakan perbuatan menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain. Untuk inilah sebenarnya manusia diciptakan Allah, dan sesungguhnya misi para Rasul adalah untuk menegakkan tauhid dalam pengertian tersebut di atas, mulai dari Rasul pertama sampai Rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad Saw.

ISI KANDUNGAN QS.AL-FATIHAH, QS. AN-NAS, QS. AL-FALAQ DAN QS. ALIKHLAS

Tafsir QS. Al - Fatih

Penjelasan surat
Ummul Qur’an (induk a-Qur’an) merupakan salah satu nama lain al-Qur’an. Mengapa demikian? Karena isi kandungan ketujuh ayatnya merupakan intisari dari al-Qur’an. Abul Hasan al-Harralli menjelaskan bahwa al-Fatihah adalah induk al-Qur’an, karena ayat-ayat al-Qur’an seluruhnya terinci melalui kesimpulan yang ditemukan pada ayat-ayat al-Fatihah.

Tiga ayat pertama dalam surat al-Fatihah mencakup makna-makna yang dikandung oleh asmaa’ul Husna. Semua rincian yang terdapat dalam al-Qur’an yang menyangkut Allah bersumber dari ketiga ayat pertama itu. Ajaran tauhid yang terkandung dalam ketiga ayat pertama tersebut adalah sifatiyah (asma dan sifat), artinya kita meyakini bahwa Allah memiliki sifat - sifat keutamaan sebagaimana yang tersirat pada ayat ayat tersebut yang mengandung arti pula bahwa Allah dengan segala sifat keutamaan-Nya (ayat 1), telah mencurahkan segenap kasih sayang-Nya kepada kita, menciptakan dan mengatur alam semesta untuk kita. Dialah Sang Penguasa alam (ayat 2) sehingga hendaknya kita mengakui dan meyakininya dan memuji kebesaran-Nya yang telah menciptakan kita semua.

Firman-Nya dalam ayat 5 yang artinya “Yang menguasai di hari Pembalasan” mengandung dua makna yaitu, 1) bahwasanya Allah yang menetukan dan Dia pula satu-satunya yang mengetahui kapan tibanya hari itu. Tidak ada satupun makhluk yang mengetahui hal tersebut 2) Allah menguasai segala sesuatu yang terjadi dan apapun yang terdapat ketika itu. Maka jangan bertindak atau bersikap menentang-Nya, bahkan berbicara pun harus dengan izin-Nya.

Segala sesuatu yang menjadi penghubung antara makhluk dengan Khalik terinci dalam firman-Nya pada ayat “Iyyaka na’budu wa iyyakanasta’in”. Ada kupasan menarik dari mufassir M. Quraish Syhihab dalam Tafsir al-Misbah bahwasannya kata “kami” yang digunakan pada ayat ini mengandung beberapa pesan:

Pertama, untuk ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan. Seorang muslim harus merasa bersama orang lain, tidak sendirian. Atau dengan kata lain seorang muslim harus memiliki kesadaran sosial

Kedua, ibadah hendaknya dilakukan bersama-sama. Karena jika kita melakukannya bersama-sama, orang lain yang bersama kita akan menutupi kekurangan kita.

Pada ayat 6 “ihdina as-shirath al-Mustaqim” mencakup segala yang meliputi urusan makhluk dalam mencapai Allah dan menoleh untuk meraih rahmat-Nya serta mengesampingkan selain-Nya. Sungguh hanya kepada-Nya kita berharap agar menunjukkan kita arah tujuan yang benar.

Tafsir QS. An-Nas


Penjelasan surat

Surat an-Nas merupakan salah satu surat disebut dengan al-mu’awwidzatain yaitu dua surat yang mengandung perlindungan. Surat lainnya yaitu al-Falaq. Perlindungan yang dimaksud di sini adalah yang utama adalah memohon perlindungan dari iblis dan bala tentaranya yaitu setan manusia dan setan jin yang senantiasa mengintai manusia dengan tanpa putus asa dan berbagai cara. Ibnu Kasir di dalam kitab tafsirnya ketika membawakan penafsiran dari Said bin Jubair dan Ibnu ‘Abbas, yaitu: “Setan bercokol di dalam hati manusia, apabila dia lalai atau lupa maka syaithan menghembuskan was-was padanya, dan ketika dia mengingat Allah subhanahu wata’ala maka syaithan lari darinya.

Dalam sebuah hadis yang riwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu Tamimah yang meriwayatkan dari seseorang yang pernah membonceng Nabi Muhammad Saw. katanya

Artinya: “Keledai Nabi saw. terjatuh, lalu aku mengatakan “calakalah setan” lalu Nabi berdabda. janganlah kamu katakan ’celakalah setan’ sebab ia akan semakin besar tubuhnya dan mengatakan ‘dengan kekuatanku aku akan mengalahkannya.’ Namun apabila kamu mengatakan bismillah maka ia akan mengecil sehingga menjadi sekecil lalat. Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad namun sanadnya bagus. [HR. Imam Ahmad]

Ajaran tauhid juga jelas tersirat dalam isi kandungan surat an-Nas ini, mengingat penghambaan manusia yang dalam kepada Allah sebagaimana dijelaskan pada ayat 3 akan mengantarkan rasa ketidakberdayaannya dan menyandarkan hanya kepada Allah Swt. dari semua kejahatan yang dibisikkan syaitan.

Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah Swt. Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya. Semua kejadian ini terjadi atas kehendak-Nya saw. Dan tiada yang bisa memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya. pula. Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.

Tafsir QS. Al-Falaq

Penjelasan ayat


Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai arti al-Falaq. Namun Imam Bukhari dalam shahihnya mengartikan Al-Falaq dengan subuh. Dalam surat ini dijelaskan beberapa kejahatan yang mengintai manusia. yang oleh karenanya kita diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah Swt., sang penguasa alam.

Pada ayat 2 yang berarti “dari ke􀁍ahatan makhluk-Nya” mengandung pengertian bahwa makhluk Allah baik dari manusia, binatang atau makhluk lainnya dengan segala yang dilakukannya terkadang menimbulkan bahaya bagi manusia. selain itu ada hal lain yang perlu diwaspadai manusia yaitu malam dengan segala misteri di dalamnya.

Dalam ayat 4 dijelaskan adanya kejahatan sihir yang menggunakan kekuatan setan untuk mengganggu manusia. Imam Ahmad dengan sanadnya menyatakan bahwa Zaid bin Arqam berkata “Rasululllah Saw. pernah disihir oleh salah seorang pemuda Yahudi. Dan selama beberapa hari beliau mengadukan hal itu. Lalu beliau mengatakan ‘lalu datanglah Jibril dan mengatakan “salah seorang Yahudi telah menyihirmu dan telah membuatkan ikatan untukmu di sumur ini dan ini. Perintahkanlah kepada seseorang untuk pergi ke sana, lalu iapun mengeluarkannya. Kemudian dibawa kepada Nabi dan beliau pun melepaskan ikatannya. Kemudian beliau berdiri, seolah-olah beliau telah bebas dari belenggu. Namun hal tersebut tidak diberitahukan kepada orang Yahudi dan beliau tidak pernah melihat wajahnya lagi hingga mati.” Dan masih banyak lagi riwayat yang menerangkan adanya sihir yang menimpa Nabi Muhammad Saw.

Kejahatan sebagaimana dijelaskan di surat ini, semakin nyata keberadaannya. Ini tidak hanya mengintai orang-orang dewasa, namun kita sebagai pelajar, kejahatan-kejahatan itu juga dekat dengan keseharian kita. Bayangkan, alangkah tenang kehidupan kita jika kita senantiasa menyandarkan seluruh aktivitas kita baik kegiatan belajar kita, membantu orang tua, bermain dengan teman, berolah raga hanya kepada Allah Swt.. Dan insyaAllah perlindungan Allah akansenantiasa kita rasakan dan dekat dengan kita.

Tafsir QS. Al-Ikhlas

Penjelasan Ayat


Asbabun nuzul dari surat ini adalah sebagaimana diterangkan dalam riwayat Imam Ahmad bahwa orang-orang musyrik telah mengatakan kepada Nabi saw. “Hai Muhammad, terangkanlah nasab Tuhanmu kepada kami lalu Allah menurunkan wahyu “katakanlah, dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.”

Ayat 1, Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa artinya Dia Satu dan Tunggal, yang tidak mempunyai bandingan, wakil, saingan, yang menyerupai dan yang menyamai-Nya. Lafal ini tidak boleh digunakan kecuali hanya kepada Allah sebab Dialah Yang Maha Sempurna dalam semua sifat dan perbuatan-Nya.

Firman Allah dalam ayat 2 “Allah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu” Ibnu Abbas ra mengatakan “Ash-Shamad” ialah Yang semua makhluk menyandarkan diri kepada-Nya dalam setiap kebutuhan dan permasalahan mereka.

“Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan “ dalam ayat 3 menjelaskan bahwa Allah tidak memiliki keluarga yaitu yang beranggotakan anak, ayah, isteri. Dan dilanjutkan dengan ayat terakhir bahwasannnya Allah tidak sama dengan semua makhluk. Yaitu tidak ada seorangpun tandingan dari makhluk-Nya yang akan menyainginya atau yang menyamai kedudukan-Nya. Allah Maha Tinggi dan Mahas suci dari semua itu.

Dalam surat ini jelas dikatakan bahwa pengesaan terhadap Allah mutlak harus kita lakukan sepenuh hati, dimana sifat Allah yang tidak mungkin dimiliki oleh makhluk-Nya adalah Esa, tunggal. Sehingga keyakinan akan hal ini semakin memperkuat keimanan kita. Sehingga kita hanya mempersembahkan semua penghambaan kita hanya kepada-Nya.

1 komentar: